Berpikir Cara Berpikir Untuk Mengatasi Kesalahan Penarikan Kesimpulan atau Bias Kognisi

Ilham Setia Bhakti
8 min readOct 8, 2019

--

Sumber: Shutterstock

Kognisi

Kognisi adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu.

Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi beragam, di antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta kecerdasan buatan.

Kepercayaan/ pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat memengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku/ tindakan mereka terhadap sesuatu. mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka.

Teori perkembangan kognitif

Teori perkembangan kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896–1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata?skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya? dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Periode praoperasional (usia 2-7 tahun)
Periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun)
Periode operasional formal (usia 11 tahun -dewasa)

Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:

Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.

Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

Pengurutan?kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi?kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)

Decentering?anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh, anak tidak akan lagi menganggap bahwa cangkir yang pendek tapi lebar memiliki isi lebih sedikit dibanding cangkir yang tinggi tapi ramping.

Reversibility?anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8–4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi?memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

Penghilangan sifat Egosentrisme?kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Kepercayaan dapat dihasilkan melalui pengalaman atau pengamatan degan panca indra.

4 Kesalahan Umum (Sifat dasar manusia) dalam Berpikir dan Mengambil Keputusan:

1. Otak Manusia Menyukai Jalan Pintas (Heuristik).
2. Otak Suka Meramal Hasil Akhir, Bahkan Sebelum Berakhir.
3. Otak Meringankan Beban Dengan Melempar Tanggung Jawab.
4. Otak Terbatas, Hanya Mengingat Hal-Hal yang Umum.

Penyakit Jebakan Kesalahan Pikiran:

1) Bias Konformasi
= Mendorong sang korban untuk menyetujui segala hal yang sesuai dengan keyakinnannya.

2) Bias Seleksi Observasi
= Kesalahan korban dalam penarikan kesimpulan yang biasanya berdasarkan emosi sang korban.

3) Bias Kelompok
= Menggangap sesama kelompoknya lebih baik daripada yang lain.

4) Group Think (Naluri Kerumunan)
= Korban lebih memercayai suara mayoritas.

5) Ilusory Correlation
= Menghubungkan hal-hal yang sebenarnya tidak saling berhubungan.

6) Bias Reaktan
= Anti-Negasi, Lawan Utama Dari Curious.

7) Bias Optimis
= Terlalu percaya akan hasil optimal atau sejalan tanpa data yang mendukung.

Contoh Penggunaan Kata Jangan atau Tidak dalam Bias Rektan

Mengatasi Bias Kognisi

Bias Kognisi dalam Pengambilan Kesimpulan Dapat Diakali Dengan Metode Six Thinking Hats dari De Bono yang Terkenal dalam Dunia Marketing.

Menurutnya manusia memiliki enam gaya berpikir yang diibaratkan sebagai 6 buah topi. Pertanyaan yang timbul berikutnya adalah: apakah semua orang memiliki keenam gaya berpikir ini? Iya, tetapi tidak semua orang bisa memaksimalkan penggunaannya. Ini sama dengan kita punya enam topi tetapi kita lebih suka memakai satu warna topi saja, tanpa memakai topi yang lain. Semakin banyak dilatih, maka kita akan semakin mampu untuk menggunakan lebih banyak topi. Biasanya jika seseorang tidak melatih kemampuan berpikirnya, paling banyak hanya menguasai 2 sampai 3 topi saja.

Fungsi utama teknik ini adalah agar kita mampu berpikir lurus dan objektif serta mencapai hasil yang maksimal dalam mengerjakan sesuatu dengan kemampuan melihat dari sudut yang berbeda. Enam warna topi tersebut yaitu:

1. Putih
Topi Putih mewakili sifat netral dan objektif. Bayangkan sebuah kertas putih kosong. Mengenakan topi putih artinya mengumpulkan informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Informasi bisa berupa fakta, data dan grafik yang netral dan objektif. Hanya informasi. Bukan opini atau interpretasi.

2. Hijau
Topi hijau mewakili sifat positif energi, produktivitas. Mengenakan topi hijau artinya kita bicara pertumbuhan, mengeksekusi dengan kreativitas dan mencari ide baru. Dengan topi hijau kita mengeliminasi kesulitan yang dideteksi oleh topi hitam. Mengenakan topi hijau berarti meninggalkan ide lama dan beralih kepada hal-hal dan perspektif baru. Topi hijau adalah perubahan.

3. Kuning
Topi Kuning melambangkan cahaya dan optimisme. Ia berfokus pada alasan yang logis dan positif. Berbeda dengan topi hitam, di topi kuning kita fokus hanya pada hal yang positif, tetapi tetap masuk akal. Topi kuning juga digunakan untuk berpikir konstruktif dan generatif, membuat segalanya bisa dilaksanakan. Topi kuning mempunyai spektrum positif yang cukup lebar, terentang dari sisi logis dan praktis pada satu sisi dan impian, visi, misi serta harapan di sisi yang lain.

4. Merah
Topi merah melambangkan emosi manusia. mengenakan topi merah artinya kita diajak memandang persoalan dari sudut pandang emosi dan perasaan, baik yang positif maupun negatif tanpa perlu alasan atau logika. Emosi juga menyangkut tipe perasaan yang lebih kompleks dan tinggi, yaitu naluri (insting) dan intuisi. Naluri dan intuisi sering kali memberi arah akan hal yang tidak bisa dibeberkan fakta dan informasi.

5. Hitam
Topi hitam adalah lambang kritis dan kehati-hatian. Ia menganalisis dan menilai semua sisi negatif dari suatu persoalan, mencari semua faktor resiko, kesulitan dan kelemahan suatu ide. Topi hitam juga mengajak untuk selalu berada di jalan yang benar, tidak melanggar, tidak melakukan hal bodoh dan ilegal. Topi hitam mengajak untuk selalu bersikap logis. Tapi jangan berlebihan berlebihan menggunakan topi hitam karena akan menyebabkan sifat pesimis.

6. Biru
Topi biru digunakan untuk mengontrol proses berpikir dan penggunaan topi ? topi lainnya. Biasanya digunakan oleh ketua kelompok pada awal pertemuan untuk memberi gambaran tentang situasi yang dihadapi, arah mana yang hendak di tuju, serta tujuan apa yang ingin di capai. Pada akhir pertemuan, topi biru juga biasanya meminta kesimpulan, keputusan, rangkuman atau solusi. Di bawah topi biru juga ditentukan rencana atau langkah selanjutnya.

Referensi:
Wikipedia
Ruangguru
Quickstart-indonesia

--

--

Ilham Setia Bhakti
Ilham Setia Bhakti

No responses yet